Sabtu, 21 Desember 2013

Belum Ada Judul


                Life is never flat”, itulah yang sering orang-orang bilang dalam hidup ini. Dan tentu saja ada kunci untuk mengatasi setiap masalah yang ada, apalagi kalau bukan solusi. Kisah ini tentang seorang gadis SMP beranjak ke Sekolah Menengah Atas.
            Awan yang mulai meneteskan air matanya mulai menghiasi akhir bulan Juli ini. Gadis yang kusebut namanya Kian itu turun dari sebuah bus sekolah menuju ke pintu gerbang sekolahnya. Dia harus lebih giat untuk awal dari sekolahnya di SMA. Itu terlihat jelas dari wajah yang penuh semangat pagi itu. Perjalanan panjang untuk sekolahnya.
            “Aku bisa, dan kalau aku yakin bisa pastilah bisa terjadi.” Katanya dalam hati.
            Dari kejauhan dua orang teman SMP dari kelas imersi itu berbincang-bincang.
            “Kau tahu?kenapa dia berubah seperti itu?” kata Fia.
            “Mana ku tau? Yang dekat dengannya tak ada. Menurutku dia terlalu yakin. Dan kalau apa yang dia inginkan tak terjadi. Apa yang akan dia lakukan?” kata Vena
            “Huussh..”kata Fia.
            Kian meneteskan air matanya, mungkin itu bukan untuk pertama kalinya dia seperti itu.“Mungkin itu pertanda buruk untuk langkahku. Atau seharusnya aku taksekolah disini ya?”kata Kian dalam hati.
            Ada beberapa hal yang membuatnya enggan untuk tersenyum dan menyapa mereka, karena “Teman tidak akan mempermalukan temannya kepada teman-temannya”. Sejauh ini kurasa tekad yang diberikan oleh gadis SMA Kian itu makin terlihat jelas. Dan untuk menjadi nomor satu dari ratusan siswa, mungkin terjadi kalau dia bersungguh-sungguh.
            Perjalanan panjang untuk mencapai itu. Tapi hari-hari yang berlalu sudah ia tunjukkan.  Di istirahat sekolah….
            “Dua hari lagi tes semesterku yang pertama di SMA. Aku harus pastikan semuanya baik-baik saja.”Gumam Kian

            “Iya.. tapi jangan lupa. Jangan pelit-pelit lah..”Kata Sita
            Kian hanya diam dan langsung masuk kekelas. Bukannya dia ingin bersifat egois. Tapi fakta yang ia ambil ketika ia melakukannya, “№” satu kata itu selalu ada dihatinya dan mengingatkannya kepada apa yang dia inginkan dari awal.”
            Hari-haripun berlalu, begitu juga dengan test semester 1 . Di sela classmeeting terdengar suara teman dekatnya yang membicarakan sesuatu.
            “Aku bingung dengannya, entah apa yang membuat seperti itu. Dia menjauh dari teman-temannya. Tapi menurutku dia seorang teman yang baik. Sikapnya yang seperti itu hanya untuk menunjukkan bahwa dia bisa membuktikan apa yang takmungkin terjadi. Toh juga nila-nilainya bagus.”kata Yuni
            “Menurutku juga seperti itu. Dia datang!!”.Kata Nita
            “Heiii… sibuk ya? Boleh diganggukan?hehehehe..” Kata Kian
            “Tentu bolehlah.”kata Nita
              Tiba-tiba dua anak imersi dari kelas A itu lewat.
              “ Hiii… regular aja bangga.”kata Fia sambil tertawa
              “ Sepertinya dirimu ambisi sekali ya… hahaha kata Vena
              “Sudahlah anggap aja angin lalu..”kata Kian
              “Lihat wajahmu ketika melihat anak itu… hahaha. Seperti mau menerkamnnya saja.”Kata Yuni
                “Kau tau? Menurutku itu sangat tak adil. Bagaimana tidak!? Jika satu anak hanya mengalahkan 34 anak dari kelas imersi itu sangat tidak fair jika dibandingkan satu anak mengalahkan tujuh kelas dari kelas regular. Hmmmm..menyebalkan.”Kata Kian.
              “Iya.. iya. Tittle kelas unggulan aja bangga.”Sahut Nita
              Makanya Kian sangat semangat untuk mengalahkan anak-anak imersi. Yaa termasuk mereka itu teman SMP yang sekarang masuk ke sekolah sama dengannnya dan masuk dikelas imersi. Dia ingin buktikan bahwa takperlu ada kelas imersi, kelasnya anak-anak pintar katanya.
              “Awas saja, ketika semuanya terbalik aku hanya ingin bicara padanya. Dunia lebih bahagia kepadaku.”kata Kian dalam hati.
              Hingga akhirnya pengumuman peringkat disekolah itu terdengar. Kian hampir takpercaya melihat apa yang ia lihat dipapan pengumuman. Nilainya pun mengalahkan juara kelas di kelas imersi. Dia terdiam, mulutnya perlahan tersenyum kepada Yuni dan Nita.
              “Inilah yang kutunggu. Dan terjadi.” Kata Kian dalam hati.
              “Selamat ya!”Kata Nita dan Yuni
              “Satu Kian bukan dua atau tiga. Selamat ya..” kata Nita
              “Iya..” Kata Kian
              “Apa yang kamu inginkan bisa Kian.”kata Yuni
              “ Ahh.. itu bukan cuma aku. Kamu dan Nita juga iya kan.” Kata Kian
              “ Iya niih kamu Nit juga dapet nomor 3. Yuni di nomor 2. Wahhh.. makan-makan niih. Juaranya dikelas kita semua.” Kata salah satu temannya.
              Dan akhirnya, dua anak imersi itu kini hanya diam. Tiap kali bertemu, merekalah yang menyapa Kian. Menyapa bukan mengejek lagi.
              Akhir cerita, ketika sebuah kepercayaan diiringi niat dan doa, pastilah Tuhan akan menjawabnya. Ketika mimpimu ada teruskanlah jangan sampai kau terjaga. Karena ketika itulah kamu akan tahu apa cara yang kamu buat untuk menakhlukkannya. Seperti Kian gadis yang dulunya bermimpi, dia bisa mewujudkannya.
              Sebuah kata bisa jadi motivasi,dan sebuah keyakinan bisa menjadi awal sebuah mimpi. Jangan hanya menyela atau bahkan meremehkan orang. Lihat dirimu apakah kamu bisa membuktikannya?
“Buktikan dan Jangan Berhenti”
             
             


Hemy Rizkianawati